SAYA GEMBIRA enggak terkira, senang bukan kepalang. Awal 2019 saya berkesempatan bertemu dengan 99 bloger dari berbagai kota di Indonesia dalam event BloggerDay yang dihelat di Bandung. Dalam perayaan ultah ke-4 Bloggercrony Community tersebut, saya bertemu banyak bloger baru yang sebagian besar hanya bertegur sapa secara daring di medsos atau di blog.
Namun kegembiraan saya mendadak menipis ketika saya mendengar komentar, “Mas Rudi yang langganan juara lomba itu kan?” atau “Gimana sih Mas bisa sering menang lomba?” dan komentar lain sejenisnya. Saya tentunya bahagia jika itu dianggap sebagai pujian. Namun sejujurnya respons teman-teman narablog yang terluncur spontan itu—meskipun positif—tidak sepenuhnya saya harapkan.
Mengapa begitu? Sebab tak jarang frekuensi seseorang yang memenangi lomba blog akhirnya membuat dirinya disebut “mastah”. Akhirnya ada semacam anggapan seolah personal branding saya adalah seorang jawara lomba. Munculnya istilah mastah kadang menimbulkan rasa kikuk dalam percakapan sehingga komunikasi seolah tidak luwes.
Saya pribadi jujur menantikan komentar yang berkaitan dengan konten atau materi yang pernah saya tulis di blog. Misalnya pengalaman pribadi saat tak punya uang bahkan untuk membeli beras lantaran fee sebagai freelancer tak kujung cair. Atau mungkin ketertarikan pada anak-anak saya yang sesekali saya singgung dalam blog post.
Keakraban bloger jadul
Percakapan sederhana tentang keseharian atau hal-hal personal layaknya para bloger jadul sungguh saya impikan. Obrolan remeh yang menggairahkan ketimbang munculnya kesan mastah yang mungkin tidak sepenuhnya benar atau malah kurang produktif karena dapat menciptakan keminderan di salah satu pihak.
Sewaktu di Bandung saya bertemu Bang Aswi dan Teh Nchie, dua bloger jadul yang turut berjasa dalam penyelenggaraan BloggerDay 2019. Sehingga percakapan kami lebih banyak berkaitan dengan aktivitas blogging masa lalu. Termasuk perjumpaan perdana dengan Teh Erry si Bibi Titi Teliti yang kondang dengan kulkas fenomenalnya, haha.
Saya tak menafikan manfaat finansial yang diraup oleh para bloger masa kini. Saya sendiri pun ikut menikmati kuenya. Namun yang saya sayangkan value yang dulu ada di antara bloger masa lalu kini seolah terkikis. Intimasi, kejujuran, dan konsistensi rasanya jadi barang langka untuk ditemukan sekarang.
Kredibilitas untuk bertahan
Apalagi gempuran platform lain berbasis video seperti Youtube, Instagram, dan TikTok yang kian kencang dan terelakkan, maka posisi blog dan bloger semakin rentan. Rentan dalam pengertian profesi (kalau boleh disebut demikian) kita tengah terancam jika kita tak bisa bertahan.
Ancaman kian terasa ketika AI (Artificial Intelligence) yang bisa menulis seperti ChatGPT, Replika, dan Bard muncul ke permukaan dan jadi bahan perbincangan. Saya pribadi menganggap kehadiran AI yang kian banyak adalah peluang alih-alih ancaman. Mengapa? Sebab hasil tulisan AI masih miskin perasaan—sesuatu yang hanya bisa manusia (yakni kita) suntikkan. Tulisan karya AI justru bisa kita manfaatkan sebagai penghimpun data atau riset untuk menulis lebih leluasa dan hemat waktu.
Peluang itu bisa kita manfaatkan asalkan kita punya kredibilitas. Inilah kata kuncinya kalau kita ingin terus survive atau bertahan di tengah persaingan. Secara gampang, kredibilitas adalah perihal dapat dipercaya—demikian definisi singkat menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) edisi terbaru.
Lalu bagaimana cara membangun kredibilitas? Menurut beragam sumber yang saya himpun, kredibilitas bisa dibangun dari 3 C yakni Competence, Character, dan Caring. Teori ini didasarkan pada riset panjang pada orang-orang sukses yang ternyata cocok dengan ethos karya Aristoteles dalam bukunya berjudul Rhetoric yaitu Kecerdasan, Karakter, dan Niat Baik.
1 | Kompetensi
Kompetensi menunjukkan kemampuan dalam bidang tertentu. Sebagai seorang bloger, kita disebut kredibel jika bisa menampilkan tulisan yang sesuai bidang, bukan mengada-ada atau berpura-pura menguasai suatu bidang yang asing. Jika ada rekayasa, maka konten akan kering dan tidak luwes saat membahasnya.
Untuk bisa bersaing di antara Blogger Indonesia, kita mesti punya seperangkat skill untuk mendukung penulisan yang rapi dan penyampaian yang memikat. Nah, seorang bloger tidak cukup bisa menulis belaka. Skill Set lain yang harus dimiliki antara lain membuat infografik, memotret, bikin video, piawai merangkai caption yang ciamik di medsos, hingga manajemen waktu agar keseharian bisa lebih produktif.
Skill Set up bisa dilakukan sendiri secara autodidak atau dengan mengikuti kelas daring yang kini semakin banyak. Saya misalnya, tengah ikut kelas Copywriting di Alison.com yang menawarkan banyak program dan semuanya gratis. Jadi, kalau ingin jadi bloger yang kredibel agar tahan lama, maka upgrade skill tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Dengan semangat itulah Bloggercrony Community tak pernah lelah menghadirkan kegiatan untuk membangun kompetensi bloger Indonesia. Agenda tahunan bertajuk BloggerDay telah dilaksanakan sebanyak 8 kali yang tahun ini dihelat sangat meriah dan unik. Menandai ultahnya ke-8, BloggerDay 2023 dilaksanakan secara hybrid, yakni online dan offline.
Baik online maupun offline, acara tersebut diramaikan oleh 100 bloger dari seluruh Indonesia yang punya semangat sama untuk membangun kredibilitas lewat peningkatan skill set masing-masing. Memang patut disyukuri karena Komunitas Bloggercrony memfasilitasi blogger Indonesia mengembangkan kualitas dirinya, membangun jejaring positif, meningkatkan produktivitas dengan menciptakan tulisan/konten yang informatif, bermanfaat dan inspiratif, serta berdaya mandiri dan profesional.
Dalam Kick-off event tanggal 24 Februari 2023, Kang Anwari Natari yang akrab disapa Kang Away memberikan sengatan kreatif melalui Zoom Meeting singkat yang sangat bergizi. Sejak saya ikut sesi menulis yang ia ampu di Bandung pada BloggerDay 2019, entah mengapa pemikiran dan cara bertutur pengawas Komunitas Bloggercrony Indonesia ini selalu klik dengan saya. Maka saya tak menyiakan sesi kick-off BloggerDay 2023 bersama Kang Away yang meskipun singkat tapi meninggalkan kesan kuat.
Salah satu yang saya ingat dari ucapan Kang Away malam itu adalah tentang ajakan untuk membentuk refleks kreatif. Jangan batasi diri atau pikiran terhadap godaan kreatif di sekitar kita yang mungkin muncul secara spontan. Saat itu Kang Away seketika mencontohkan komentar salah satu peserta Zoom Meeting yakni Ari Getas.
Ari menulis dalam kolom komentar:
“Kang Away, apakah kalau di rumah menjadi Home?”
Ari Getas
Ketika Kang Away menjelaskan maksud Ari, tawa pun meledak. Maksud Ari dengan kalimat yang ia tulis dalam komentar adalah mempertentangkan pertandingan sepak bola yang biasa dimainkan di kandang sendiri (Home) dan Tandang (Away) yaitu di di lapangan lawang.
Lebih lanjut Kang Away mengingatkan bahwa seorang penulis mesti merusaha untuk memiliki KSA (Knowledge, Skill, dan Attitude). Knowledge sama dengan kompetensi yang ditopang dengan skill set, sedangkat attitude adalah sikap saat kita menerapkan pengetahuan dan skill.
Kang Away berpesan bahwa dalam membangun skill set, hendaknya kita mempelajari satu hal sampai tuntas dengan ukuran waktu atau durasi tertentu, barulah beralih ke skill lain jika skill pertama sudah dikuasai. Alih-alih bersamaan, belajar secara berurutan akan memudahkan penguasaan dan praktik.
2 | Karakter
Elemen kedua yang penting untuk membangun kredibilitas adalah karakter. Pengertian karakter yang paling mudah adalah cara kita memperlakukan orang lain dengan kemampuan atau kekuasaan yang kita miliki. Karakter misalnya terlihat pada cara kita bersikap kepada orang yang tidak ada sangkutan secara profesional dengan kita. Mungkin kepada tukang parkir, pelayan toko, atau pekerjaan lain yang tidak memengaruhi/mengancam profesi kita.
Tentang karakter, saya mendadak teringat pada sepenggal fragmen yang dialami oleh Henry Ford, pendiri dan orang nomor satau di balik kesuksesan Mobil Ford. Suatu hari Henry Ford mengundang dua insinyur untuk makan malam. Keduanya lulusan univeristas terkemuka dengan nilai IPK sama tingginya. Intinya, dua kandidat ini sama-sama pintar dan qualified.
Saat makan malam, Ford tidak sekali pun bercakap tentang mesin atau mobil dengan dua kandidat ini. Namun ketika makan malam usai, Ford bilang, “Kamu saya terima, dan maaf, kamu tidak.” Kandidat yang ditolak pun penasaran dan bertanya, “Kita dari tadi hanya makan dan tidak sedikit pun membahas soal otomotif. Bagaimana bisa Anda mempekerjakan dia dan bukan saya?”
Ford menjawab dengan tegas:
“Pertama, tadi saya lihat kamu tambahkan garam pada steak baru kamu coba. Sementara pesaingmu ini mencoba dulu baru menambahkan garam. Kedua, sedari tadi kamu bersikap manis kepada saya karena kamu berkepentingan dengan saya. Sedangkan pesaingmu berterima kasih kepada pelayan restoran meskipun ia seolah tak penting bagi kamu.”
Henry Ford
Kisah pendek yang fenomenal ini menggambarkan pentingnya karakter yang harus dijunjung dalam bidang pekerjaan atau profesi apa pun, yang bisa dipadankan sebagai attitude yang penuh kepedulian.
3 | Peduli
Untuk bisa kredibel, ternyata riset membuktikan bahwa kepedulian sangat dibutuhkan. Kepedulian akan mendorong kita untuk berempati pada kondisi orang lain sehingga tidak asal saat menulis blog post atau mengunggah post di medsos. Peduli juga berarti punya punya welas asih dengan rela membantu meringankan beban teman atau orang yang membutuhkan.
Sifat ini diakomodasi dan telah lama dihidupkan oleh Komunitas Bloggercrony Indonesia melalui program bernama BloggerCare. Lewat BloggerCare, Bloggercrony Community (BCC) menciptakan peluang bagi anggota untuk bisa membantu anggota lain terdampak bencana. Donasi yang digalang dari para member tak terhitung frekuensinya, baik selama pandemi kemarin maupun secara personal saat member terkena musibah. Kegiatan yang sangat positif untuk membangun solidaritas lewat kekuatan komunitas.
Maju karena berkomunitas
Saya pribadi jujur sangat bersyukur menemukan Bloggercrony Community. Selama berada dalam komunitas ini, saya merasa mengalami akselerasi pengetahuan dan secara tak langsung juga secara finansial. WhatsApp Group BCC terlihat lebih solid dengan value komunitas yang jelas. Pernah ada member baru setengah curhat, “Ribet ya di BCC, kayak terlalu banyak aturan,” keluhnya singkat. Padahal dibanding komunitas lain, grup WA BCC sangat hidup, apalagi selama pandemi sangat produktif dalam mencegah beredarnya hoaks sekaligus menghimpun donasi.
BCC juga bagi saya berjasa dalam berkepulnya dapur freelancer. Dengan bayaran tak tetap dan tinggal di kampung, BCC yang selalu tepat waktu dalam membayarkan fee sungguh sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan ini dan itu. Bahkan pernah dalam beberapa kesempatan proyek, fee dibayarakan padahal blog post atau tugas medsos belum ditunaikan. Sungguh penyelamat di saat kantong sedang tiarap.
Komunitas bloger memang banyak di luar sana, tapi komunitas yang mewadahi bloger Indonesia agar bisa terus berkembang dan punya skill set yang mumpuni di tengah persaingan yang ketat, mungkin BCC-lah yang bisa disebut sangat menonjol. Ngeblog bukan sekadar berburu cuan, tapi bisa memantaskan diri sesuai kemampuan dengan attitude yang relevan.
Kemeriahan BloggerDay 2023 yang menandai acara offline pascapandemi adalah bukti bahwa Bloggercrony Community menjadi komunitas yang berkembang secara organik. Punya anggota yang militan dengan pendampingan dan proses belajar berkesinambungan.

Acara ultah ke-8 yang digelar bukan hanya online tetapi juga offline dalam bentuk Fun Camp di Puncak Halimun Camp adalah bukti bahwa BCC ingin mendekatkan BCC Squad dengan alam dan lingkungan. Bukan sekadar healing setelah dua tahun terkungkung akibat pandemi, tetapi juga mengoneksikan kembali dengan sumber inspirasi terbesar (alam) dalam bingkai silaturahmi dan kolaborasi.
Saya yang hanya ikut BloggerDay 2023 secara online sungguh mengiler ketika melihat teman-teman yang bertolak ke Bogor, Jawa Barat pada 4 Maret 2023 lalu untuk ikut camping dan belajar bersama masih di bawah panduan Kang Away. Bukan hanya sesi belajar dan games seru yang bikin iri, tetapi terutama keunikan acara sebab adanya gambar ilustrasi yang dibuat seketika oleh Mbak Tanti Amelia.

Aktivitas biasa jadi menarik berkat goresan tangannya yang piawai. Berangkat naik bus bersama yang mungkin terlihat sederhana jadi tampak hidup dan punya pijar memori yang tahan lama. Kapan lagi ada kegiatan outdoor sekeren dan seunik ini selain di BloggerDay besutan Bloggercrony Community?
Kalau teman-teman bloger penasaran dengan Bloggercrony Community dan ingin menjadi anggotanya biar bisa punya skill set up yang mumpuni sebagai bloger, kepoin aja akun medsosnya di Instagram/Twitter @bloggercrony.